Selasa, 16 Mei 2017

CARA TERBAIK MERUNTUHKAN KAPITALISME ADALAH DENGAN JATUH CINTA




Love; it will not betray you, dismay or enslave you. It will set you free.
(Khalil Gibran)



Prinsip kapitalisme sering bersandar pada supply and demand yang terus mingkat seiring kepuasan manusia yang makin tak terbatas. Jika suatu target pencapaian sudah tunai, maka check point selanjutnya tidak terelakkan. Itulah kenapa kalau kita bersandar pada pemikiran kapitalisme (apalagi yang liberal), seolah tak ada habisnya waktu kita hanya untuk mengejar target-target hidup tersebut –yang kebanyakan tidak perlu-perlu amat kita harus miliki–. Lebih banyak kebutuhan tersier yang bergeser menjadi primer dan sebaliknya mengesampingkan kebutuhan pokok demi kepuasan semu. Prinsip kapitalisme menuntut untuk selalu menampilkan performa terbaik dalam tiap lini kehidupan. Bahwa wanita harus cantik dengan definisi yang dikalibrasi, kulit putih, tubuh tinggi, body ramping, rambut tergerai panjang, payudara besar, bokong berisi, dan sebagainya. Keluar dari pakem itu taraf kecantikan bisa menurun. Dan, bahwa pria sukses adalah yang rekeningnya gendut, punya kerjaan tetap, bermobil, tampil perlente, rambut klimis ala wakdoyok, dan menggandeng pasangan dengan kriteria seperti wanita yang disebutkan sebelumnya.

Perkara jatuh cinta nampaknya menafikkan semua anasir physical kapitalisme seperti yang disebut diatas. Kalau anda pernah mengalami atau melihat orang yang sedang jatuh cinta, berbagai tuntutan performa sempurna tersebut akan lebih banyak hilang. Tuhan maha adil, dan keadilan Tuhan tentu disesuaikan dengan porsi masing-masing ummat-Nya. Tidak jarang kita melihat ada wanita cantik yang memenuhi sebagian besar anasir kecantikan nyaris sempurna namun punya pasangan pria yang biasa-biasa saja, muka pas-pasan, dompet dengan isi sekedarnya, kendaraan masih roda dua, rumah ngontrak, dan kerjaan freelance. Sebaliknya, pria mapan berpasangan dengan wanita low profile juga banyak. Disinilah prinsip supply and demand kapitalisme seperti termentahkan. Mungkin berawal dari sinilah hagemoni kapitalisme di dunia berpotensi untuk digeser sedikit demi sedikit. Ya, dengan cara jatuh cinta.

Saat anda sedang jomblo, misalnya, demand anda untuk pasangan sempurna pasti ribet definisinya. Bagi pria, tentu mengidamkan wanita yang begini begitu. Bagi wanita, juga tak salah mengidamkan lelaki yang minimal mapan dalam pekerjaan dan settlement. Masalahnya supply wanita dengan kriteria yang dikehendaki (dan bersedia jadi pasangan anda) mungkin tidak banyak. Dan kalaupun ada yang pas sesuai demand anda, supply-nya akan sangat sedikit. Bisa-bisa pasangan idaman anda sudah jadi milik orang lain. Gap masalah inilah yang menyebabkan kelangkaan “pasangan idaman” terjadi. Kalau anda masih tidak mau menurunkan standar pasangan idaman ya silahkan. Tapi musuh utama supply and demand tetaplah kelangkaan.

Itu sebelum jatuh cinta. Lain ceritanya kalau anda sudah jatuh cinta. Kalau anda sudah mencintai seseorang, klik, cocok, nyaman, semua anasir demand pasangan ideal yang anda dambakan seolah terlupakan. Disini anda mulai berkompromi dengan ego. Anda akan semakin realistis (bahasa halus nya “harus tahu diri”). Kalau cukup tahu diri bahwa anda bukan tipe pria mapan namun berharap wanita high class, tentu supply and demand anda tidak akan pernah berada pada titik equilibrium, begitu juga sebaliknya anda yang wanita. Itulah mengapa self esteem penting untuk menilai seberapa kualitas anda dan seberapa kualitas pasangan ideal yang “layak anda harapkan”. Kalau berharap terlalu tinggi juga tidak baik, tidak akan ketemu sampai kapanpun.

Saat anda menemukan pasangan yang sudah klik, cocok, nyaman, syarat-syarat demand yang sebelumnya anda pasang tinggi akan ter-check dengan sendirinya. Cukuplah bagi anda pria punya gebetan (calon pasangan) yang bisa ulet di dapur, perkara kepintaran bersolek dan kelihaian bercinta bisa dipelajari di kemudian hari. Itu contoh kecilnya. Bagi anda kaum hawa, punya gebetan seorang pria rajin ibadah tentu juga masuk standar. Soal lainya seperti ketebalan dompet, jumlah digit di rekening, atau merk kendaraan roda empat, lambat laun akan menjadi nomor sekian belas.

Kalau dilihat dari kemampuan berkompromi dengan ego setelah mendapatkan pasangan, disinilah prinsip kapitalisme yang bersandar pada tuntutan performa sempurna akan runtuh dengan sendirinya. Standar kepuasan yang mengharuskan pasangan sempurna bisa sedikit diabaikan. Jatuh cinta tidak lagi harus dengan mereka yang berkantong tebal kalau dengan yang bertanggungjawab saja bisa. Jatuh cinta tidak lagi harus dengan mereka yang berdada besar kalau yang body sintal bisa membuat nyaman. Jatuh cinta tidak harus dengan mereka yang mapan soal pekerjaan kalau dengan freelance bisa punya quality time lebih banyak. Jatuh cinta tidak lagi soal supply and demand yang harus memenuhi standar tinggi.

Saat kita sudah bisa menerima pasangan apa adanya tanpa tuntutan ini itu, tanpa bersandar pada prinsip supply and demand ala kapitalisme, maka penerapan pola pikir yang seperti ini akan berpotensi meruntuhkan kapitalisme. Memang hidup perlu berkembang dan itu butuh dana, namun memaksakan tuntutan pada pasangan bukan hal yang ideal dilakukan mengingat pasangan juga manusia dengan keterbatasan pemenuhan demand. Intinya kalau anda sudah jatuh cinta, supply and demand yang didasarkan pada pola pikir kapitalisme tidak akan berkembang, faktor kenyamanan menjadi primary trigger untuk semua itu. Itulah kenapa sangat disarankan bagi anda yang suka koar-koar anti kapitalisme untuk jatuh cinta, karena cinta bisa meruntuhkan kapitalisme.

ilustrasi : www.ttatro.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar